Waktu itu sekitar pukul 7 malam. Sepasang kekasih yang masih
kelas 1 SMA terlihat keluar dari sebuah mall besar. Mereka baru saja selesai
menonton di bioskop, atau istilah kerennya Movie Date. Film yang mereka tonton
adalah film The Perk of Being a Wallflower, yang merupakan film kesukaan Mint.
Sambil berjalan, si cowok bertanya, “Mint, kenapa kamu
keluar dari bioskop sebelum filmnya selesai? Aku bahkan tidak tau kalau kau
keluar tadi.”
“Iya. Tadi aku pergi ke kamar kecil” jawab Mint berbohong.
Padahal tadi dia keluar karena kecewa dengan sikap si cowok.
Bagaimana tidak kecewa. Selama menonton, Mint selalu
berusaha untuk intim dengan si cowok. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu si
cowok. Dia dengan sengaja meletakkan tangannya disamping tangan si cowok dengan
harapan tangannya akan digenggam mesra. Tetapi si cowok bergeming, tidak menujukkan
respon terhadap ‘usaha’ Mint. Si cowok malah sangat fokus menonton film yang
sedang ditayangkan.
“Kau baik-baik saja kan?” Tanya si cowok begitu melihat
ekspresi yang tidak biasa di wajah Mint.
“Aku baik baik saja” sahut Mint singkat, sambil berjalan
lebih cepat.
Mereka berjalan lagi, kali ini dalam keheningan.
“Emangnya filmnya gak bagus ya?” Tanya si cowok tidak sadar
akan situasi yangs edang terjadi. “Menurutku sih, filmnya sangat bagus sampai-sampai aku tidak
bisa berpaling saat menontonnya.”
Mint yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya berhenti dan
berkata, “Boleh aku bertanya sesuatu? Aku tidak bermaksud merusak hari yang
bahagia ini, tapi …”
Si cowok terdiam sebentar, melihat wajah Mint yang begitu
serius, lalu mengeluarkan kamera dari tasnya. Dia langsung mengambil foto Mint
beberapa kali. Si cowok memang hobi fotografi dan videografi. Tak heran dia
sangat fokus ketika menonton tadi. Dia memperhatikan setiap detil pada film
yang sedang ditayangkan.
“Berhenti mengambil fotoku!!” teriak Mint kesal. Dia lalu
mengambil kamera yang dipengang si cowok dan membantingnya sampai lensa
kameranya pecah.
Si cowok terkejut dan terbelalak melihat kamera
kesayangannya hancur didepan matanya. Dia memandang Mint meminta penjelasan.
“Mint, ada apa denganmu?” tanyanya.
“Ada apa denganku? Seharusnya aku yang bertanya, ‘Ada apa
denganmu’?” jawab Mint. “Aku ada disini denganmu. Berdua denganmu. Tapi kau
mengacuhkan aku. Kau bahkan tidak memperhatikan aku. Mana yang lebih penting
bagimu, aku atau kamera itu?”
Si cowok bingung.
“Mint... tidak bisa begitu, Mint. Kau dan kamera itu adalah dua hal
yang berbeda, tidak bisa dibandingkan. Jangan marah padaku, Mint” ucapnya. “Tadi
aku lihat kau sangat imut, makanya aku foto.”
Mint yang sudah terlanjur kecewa tidak serta merta bahagia
dibilang imut.
“Apa arti movie dating bagimu?” tanya Mint.
“Movie dating itu… ya kita nonton film bareng” kata sio cowok
jujur, karena memang itu yang dia rasakan dan itu yang dia tau tentang Movie Date.
“Tapi bagiku lain. Aku menonton film bersamamu karena aku ingin
dekat denganmu. Aku ingin menghabiskan waktu yang indah denganmu. Kita ini lagi
dating loh, bukan hanya sekedar nonton film dan… selesai begitu saja.” jelas Mint sambil terisak.
“Tapi aku sudah seharian ini bersamamu, Mint. Dan kau juga
terlihat senang tadi.” jawab si cowok. “Lagian, ngobrol di dalam bioskop
bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.”
“Berarti memang aku yang tidak mengerti kau” ujar Mint
dengan putus asa. Dia lalu pergi meninggalkan si cowok yang sedang kebingungan.
---
Beberapa hari kemudian, si cowok melihat Mint di bioskop
yang sama, sedang mengantri untuk melihat film yang sama, tetapi dengan pria
lain.
NB: dialog diatas diambil dari film Hormones the Series dengan penyesuaian sewajarnya.